Selasa, 22 Januari 2013

Bagaimana mengatasi banjir di ibukota?

Terbaru  17 Januari 2013 - 22:47 WIB
Jakarta
Hujan terus menerus di kawasan Puncak mengancam ketinggian air di ibukota.
Banjir besar melanda sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya yang menyebabkan roda kehidupan lumpuh mirip dengan banjir 2007.
Volume air yang menggenang tahun ini lebih besar dibanding bencana tahun 2007 karena, menurut Badan Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik, cakupan wilayah yang hujan kali ini merata di Jabodetabek.
Akibatnya, wilayah Jakarta Pusat yang sebelumnya tidak sampai terendam banjir, sekarang bak kolam. Ini antara lain terjadi di jalan protokol Thamrin, Medan Merdeka termasuk Istana Presiden.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan kebijakan tanggap darurat diberlakukan di Jakarta mulai Kamis (17/01) hingga tanggal 27 Januari.

Komentar Anda

Bagaimana pendapat Anda tentang banjir yang semakin memburuk di Jakarta?
Apa lagi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi banjir, mungkin pembenahan penataan ruang?
Ataukah ibukota Indonesia sudah waktunya dipindah ke lokasi lain seperti yang diwacanakan sebelumnya?
Dan daerah-daerah mana saja yang berpotensi menggantikan Jakarta sebagai ibukota?
Pendapat Anda kami nantikan untuk Forum BBC Indonesia yang disiarkan di radio setiap Kamis pukul 18:00 WIB dan juga dapat disimak melalui internet BBCIndonesia.com.
"Pendapat saya, malu. Sebagai ibukota malah terendam banjir, padahal banjir itu diakibatkan karena kurangnya kesadaran akan lingkungan seperti kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. "
Erwin Roesyadi, Kalimantan Selatan
Tulis komentar Anda di kolom yang disediakan di bawah ini. Jangan lupa cantumkan nama dan asal kota Anda.
Cantumkan nomor telepon bila Anda bersedia dihubungi BBC apabila komentar Anda terpilih.

Ragam pendapat

"Pendapat saya, malu. Sebagai ibukota malah terendam banjir, padahal banjir itu diakibatkan karena kurangnya kesadaran akan lingkungan seperti kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Yang bisa dilakukan, bersama-sama menyadari apa yang sudah dilakukan (tidak membuang sampah sembarangan lagi) dan secepatnya dilakukan tentang kepedulian terhadap lingkungan seperti pembersihan lingkungan secara menyeluruh, lahan terbuka hijau minimal 50%, pengerukan sungai, pelebaran gorong-gorong. Pemindahan ibukota bukan solusi karena hal itu akan memerlukan biaya yang tidak sedikit, alangkah baiknya biaya itu digunakan untuk penataan kota Jakarta." Erwin Roesyadi, Barabai, Kalimantan Selatan.
"Saya usul ibukota dipindahkan ke Lampung karena tempatnya juga strategis. Mengenai penanganan banjir, sebagai perbandingan di Malaysia, jauh sebelum banjir tiba, segi keuangan, rancangan, cara penerapan sudah dipersiapkan jauh sebelum banjir tiba. Semua sungai dibersihkan, diperlebar, sebelum turun hujan." Aji Indo, Johor, Malaysia.
"Yang paling penting adalah keseimbangan segala hal. Sekalipun ibukota Indonesia dipindahkan pada posisi yang paling layak jika keseimbangan tidak diperhatikan dan direalisasikan, Indonesia akan sama saja." Aleksander Patiraja, Kabupaten Sanggau.
"Menurut saya, kota Jakarta sudah memang tidak pantas untuk dijadikan pusat pemerintahan negara Indonesia lagi. Alasan saya, tata ruang kota yang sudah tidak teratur, kepadatan penduduk yang sudah di luar kapasitas dan fasilitas umum yang tidak merata dan tidak beraturan. Pindah, pindah, pindah mulai peradaban baru yang berkualitas." Hotlan Riady Siregar, Medan.
"Beberapa usulan mengurangi kemungkinan banjir di Jakarta: 1. Membangun sungai-sungai Baru (bisa berupa sungai-sungai dan/atau gorong-gorong bawah tanah. 2. Menyediakan beberapa Injection Well (Sumur sangat dalam ekstra besar dan untuk memompakan air kedalam sumur tersebut." Marendradika, Tangerang Selatan.
"Mengatasi banjir, kita harus berbenah dini. 1. Membuang sampah pada tempatnya, jangan membuang sampah ke selokan. 2. Perbaikan infrastruktur selokan, sungai, dan penataan gedung. Menurut saya, walau di pindah ke daearah manapun ibukota kita pasti nasibnya sama yaitu banjir juga kalau pembenahan dan pengaturan insfratruktur jalan, selokan, sungai dan gedung tidak benar-benar diperhatikan dan diatur." Agus Budianto, Ketapang, Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar