Rabu, 17 Agustus 2011

Untuk Apa Kita Hidup?

Pernahkah Anda mempertanyakan, untuk apa hidup ini? Pernahkah terbersit, buat apa kita ada di dunia? Pernahkah terlintas, apa hakekat kehidupan ini? Aktivitas sehari-hari seringkali melalaikan kita dari merenungkan arti hidup. Saking sibuknya bahkan kita kadangkala lupa dengan diri sendiri, keluarga, sanak kerabat, dan tetangga. Hidup yang seperti itu, bukanlah hidup yang ideal. Sebab kehidupan ini, kita hidup ini, di dunia, adalah hanya untuk menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah kepada-Nya semata, untuk menggapai kebahagiaan dan kenikmatan hidup di akhirat, kehidupan yang sepanjang masa, yang tidak memiliki akhir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah-Ku.” [Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat no. 56]
Allah adalah pencipta segala sesuatu, Allah yang menciptakan kita semua dan apa yang ada. Seorang yang mengaku beragama Islam, mengaku orang beriman, dia yakin betul bahwa Allah-lah yang menciptakan dirinya dan segalanya. Orang yang tidak meyakini itu, berarti dia bukanlah seorang Muslim. Kita diciptakan oleh Allah. Allah tidak menciptakan kita, kecuali hanya untuk menyembah-Nya, agar kita beribadah kepada-Nya. Jadi, kita ada, kita terlahir, kita tercipta, dan kita hidup di dunia ini, hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Seluruh waktu kita haruslah diisi dengan ibadah atau kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah. Jika itu tidak kita laksanakan, niscaya sangat merugilah kita, tiada arti di dunia, tiada nikmat akhirat yang bisa kita terima. Malang nian bila itu yang terjadi pada diri kita. Maukah Anda demikian?
Betapa Hinanya Manusia
Hidup sudah enak, fasilitas sudah lengkap, tinggal pakai, tidak perlu bayar, masih saja manusia enggan beribadah kepada Allah, yang telah memberikan semuanya. Di kelan-jutan ayat yang kita kaji, kita bisa melihat bahwa, sama sekali Allah tidak butuh kepada manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
“Aku tidak menghendaki rizqi sedikitpun dari mereka dan Aku tidak pula menghendaki mereka memberi-Ku makan.” [Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat no. 57]
Allah memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya bukan kepentingan-Nya, tapi agar manusia bisa mendapatkan kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Allah menyuruh manusia dan seluruh makhluk-Nya untuk tunduk menyembah-Nya, bukan karena Allah butuh kepada makhluk-Nya, tapi makhluk-lah yang butuh kepada-Nya. Bila makhluk tidak tunduk kepada Allah, maka dia akan sengsara. Sebaliknya, bila dia taat kepada Allah, niscaya kehidupan indah kan menyelimutinya.
Allah mengharuskan seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia, untuk beribadah kepada-Nya, adalah merupakan wujud kasih sayang Allah kepada manusia. Allah tahu, jika makhluk tidak menyembah diri-Nya, maka mereka akan celaka dan nestapa di akhirat dan dunia. Karenanya, Dia perintahkan agar seluruhnya menyembah-Nya semata. Allah tidak ingin makhluknya menderita.
Allah mewajibkan seluruh jin dan manusia menaatinya, dan Dia tidak berharap balasan dari mereka, Dia tidak butuh diberi rizqi oleh mereka, Dia tidak menginginkan jin dan manusia memberikan makan kepada-Nya. Mengapa? Sebab Dia-lah Pemilik segalanya, sehingga Dia semata yang mampu memberikan rizqi, Dia-lah yang memberikan rizqi kepada makhluk-Nya, Dia memiliki kekuatan dan sangat kokoh, tiada satupun yang bisa menyamainya apalagi menandinginya. Dia berfirman,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah, Dialah Sang Mahapemberi rizqi, Sang Pemilik kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat no. 58]
Dari Anas bin Malik, Rasulullah berkata, “Allah berfirman kepada penduduk neraka yang mengalami siksaan yang paling ringan pada hari qiyamah, “Jika engkau memiliki seluruh perbendaharaan di bumi, maukah engkau menebus keselamatan dirimu dengannya?” Hamba itu menjawab, “Tentu.” Allah kemudian berfirman, “Aku telah meminta kepadamu tebusan yang lebih remeh dari sepenuh perbendaharaan bumi, tatkala engkau masih berada dalam tulang sulbi. Yaitu janganlah engkau menyekutukan sesuatu pun dengan Aku. Namun engkau enggan, engkau justru menyekutukan selain-Ku dengan Aku.” [Shahih: Shahih Al-Bukhari, kitab Ahadits Al-Anbiya', no. 3334; Shahih Muslim, kitab Shifat Al-Munafiqin, no. 2805]
Allah menciptakan manusia dan seluruh makhluk-Nya dari ketiadaan, lalu Allah bekali manusia dengan berbagai kenikmatan dunia. Anehnya, banyak makhluk-Nya yang tidak mensyukurinya, malah congkak dan pongah, enggan beribadah kepada-Nya. Dianggapnya, harta bisa menebus kewajiban ibadah dan menghilangkan siksa akhirat. Tidak, sekali kali tidak. Harta hanya berfungsi sebagai fasilitas yang membantu kita untuk beribadah kepada Allah. Harta tidak akan berfungsi di akhirat nanti. Semua harta dunia akan musnah dan punah. Hanya amal shalih yang kan selalu melekat hingga akhirat. Amal shalih yang kekal, harta akan terjungkal, tak kan pernah bisa dijadikan bekal, menebus siksa yang menghilangkan akal.
Bergegaslah menuju surga dan ampunan Allah dengan beramal. Agar tidak menyesal, dalam kehidupan kekal, yang ketika itu tiada lagi kesempatan amal, ketika harta tiada lagi berharga, ketika saudara tiada lagi dapat menjadi tempat berbagi derita dan sengsara. Sekarang juga!
Maka Jadikan Dunia untuk Akhirat!
Kehidupan sebenarnya adalah akhirat, bukan dunia. Dunia laksana pelabuhan sementara dalam rangka mengumpulkan bekal untuk menjalani kehidupan akhirat yang kekal kelak. Jadilah musafir cinta di dunia ini. Musafir yang hendak pergi menuju negeri akhirat, musafir yang cinta akan akhirat, dan benci akan dunia. Sama sekali tidak menaruh cinta kepada dunia kecuali yang bisa membantu untuk beribadah kepada Allah.
Dunia terlampau indah hingga kerap mengecoh pandangan orang-orang nestapa, menyilaukan mata orang-orang yang cinta harta, menipu orang-orang yang lupa, akan datangnya hari pembalasan, amal baik dan amal buruk, yang tiada kezhaliman padanya. Memang begitulah Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan karakter dunia.
Allah ciptakan dunia seisinya, adalah untuk manusia. Ya, untuk manusia. Renungkan, apa yang didapat Allah dengan menciptakan dunia seisinya bagi manusia? Tidak ada sama sekali, tiada tendensi apa pun. Allah adalah satu-satunya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dia anugerahkan segala yang ada bagi manusia. Allah berikan segalanya bagi manusia, bukan tanpa maksud. Allah ciptakan semua ini, agar manusia beribadah kepada Allah, agar manusia menyembah-Nya dengan berbekal fasilitas-fasilitas yang telah Allah sediakan. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
إنَّا أنْزَلْنَا اْلمَالَ لِإِقَامِ الصَّلاةِ و إيْتاءِ الزَّكَاةِ و لَوْ كانَ لِاِبْنِ آدمَ وَادٍ لَأَحَبَّ أَن يَّكُونَ لهُ ثَانٍ وَ لَوْ كانَ لهُ وَادِيَانِ لَأَحَبَّ أَن يَّكُونَ لَهُمَا ثَالِثٍ و لَا يَمْلَأُ جَوف ابْنِ آدمَ إلَّا التُّرَاب ثُمَّ يَتُوبُ اللهُ عَلَى مَن تَابَ
“Sesungguhnya Aku menurunkan harta agar shalat ditegakkan, zakat ditunaikan. Seandainya anak keturunan Adam sudah memiliki satu lembah emas, pasti dia senang bila ia memiliki dua lembah emas, bila dia telah memiliki dua lembah emas, pasti dia senang bila ia memiliki tiga lembah emas. Dan tidak ada yang dapat memenuhi kerongkongan anak keturunan Adam kecuali tanah, kemudian Allah mengampuni siapa yang meminta ampunan (kepada-Nya).” [Shahih: Shahih Al-Jami' no. 1781; Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1639]
Allah anugerahkan dunia dan seisinya kepada manusia, dan seluruh fasilitas yang ada, adalah untuk bekal bagi manusia agar bisa menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Disebutkan hanya shalat dan zakat, bukan berarti terbatas hanya itu, melainkan untuk seluruh bentuk ibadah kepada Allah, penyebutan tersebut adalah “pars pro toto” sebagian untuk mewakili seluruhnya.
Mari kita tafakkuri! Kita lahir ke dunia, tidak membawa apa-apa. Lalu kita semakin hari semakin berkembang baik psikologis maupun biologis. Kita pun bisa bekerja mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan. Hari berganti hari, kita terus saja mengumpul-ngumpul harta benda, siang malam banting tulang kerja keras untuk memiliki mobil mewah, rumah megah, pangkat yang membuah pongah.
Siapa yang memberikan itu? Benarkah harta yang sekarang ini ada di sisi Anda adalah murni hasil jerih payah Anda? Tidak wahai saudaraku. Melainkan itu adalah pemberian Allah, karunia Allah, anugerah Allah, semata-mata karena rasa kasih Allah kepada Anda. Tafakkuri lebih jauh lagi!
Maka, mengapakah kita setelah diberi oleh Allah berbagai kenikmatan dan fasilitas hidup, lantas kita merasa bangga dengan diri, melupakan Allah, tidak beribadah kepada-Nya? Mengapa kita setelah dikaruniai Allah pelbagai bekal menjalani kehidupan dunia, kemudian kita tidak ingat lagi untuk mempersiapkan bekal bagi kehidupan akhirat kita nanti?
Sadarilah selalu, kematian pasti kan menjelang. Akhirat sudah terbentang. Nyawa tinggal sebatang. Alam kubur siap menampung. Hampir saja malaikat maut datang. Sudahkah kita siap untuk menjalani kehidupan panjang yang tidak memiliki gerbang untuk keluar darinya?

1 komentar:

  1. tulisannya bagus..saya tunggu tulisan yg lainnya ya..oya kunjungi jg blog sy di www.dunialquran.blogspot.com semoga qt bs brbgi ilmu..

    BalasHapus